Mengenal dan Memanfaatkan Beberapa Jenis Mikroba Dalam Berusahatani
Tanah
merupakan habitat yang sangat kaya akan keragaman mikroorganisme seperti
bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah-tanah pertanian
yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas
dan daya dukung tanah tergantung pada aktifitas mikroba tersebut. Sebagian
besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungkan bagi pertanian. Mikroba
tanah antara lain berperan dalam mendegradasi limbah-limbah organic pertanian,
re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis dan dari udara, pelarut fosfat,
merangsang pertumbuhan tanaman, biokontrol pathogen tanaman, membantu
penyerapan unsure hara tanaman dan membentuk simbiosis menguntungkan. Bioteknologi
berbasis mikroba tanah dikembangkan dengan memanfaatkan peran penting mikroba
tanah tersebut, diantaranya yaitu :
1.
Teknologi Kompos Bioaktif
Padahal salah satu masalah mendasar
yang sering ditemui petani dalam berusahatani saat ini adalah kandungan bahan
organic tanah dan status hara tanah yang rendah, sehingga mikroba yang
mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pertanian menjadi kurang tersedia
di dalam tanah. Masalah tersebut dapat
diatasi dengan memberikan pupuk hijau / pupuk kandang. Pupuk hijau dan pupuk
kandang sebenarnya adalah limbah-limbah organic yang telah mengalami
penghancuran sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Limbah organic
seperti sampah antara lain dedaunan, seresah, kotoran-kotoran binatang ternak
tidak bisa langsung dibeikan ke tanaman. Limbah tersebut harus dihancurkan /
dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur-unsur hara yang
dapat diserap olah tanaman. Secara alami proses pengkomposan ini memakan waktu
yang sangat lama yaitu berkisar antara 6 sampai satu tahun sampai bahan organic
tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman. Bioteknologi berbasis mikroba tanah
dikembangkan dengan memanfaatkan peranan penting mikroba tanah (mikroba
penghancur/decomposer) sehingga penghancuran limbah dapat dipercepat dari
beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja (selanjutnya kompos yang dihasilkan
dinamakan kompos bioaktif). Keuntungan penggunaan kompos bioaktif selain
mempercepat waktu pengomposan dan menyediakan kompos berkualitas tinngi juga
berperan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan penyakit tanaman terutama
yang menyerang dari dalam tanah.
2.
Biofertilizer
Selanjutnya, untuk mengembangkan
pertanian berkelanjutan (pertanian organic), mengurangi kebutuhan pupuk kimia
yang terus meningkat dan harganya mahal dapat disiasati dengan mengandalkan
kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Sayangnya, kandungan hara kompos
rendah. kompos yang sudah matang kandungan haranya kurang lebih : 1,69% N,
0,34% P205 dan 2,81% K. dengan kata lain 100kg kompos setara dengan 1,69 kg
urea, 0,34 kg SP36 dan 2,81 kg KCl maka untuk memupuk padi yang kebutuhan
unsure haranya kg urea/ha, kg SP36/ha dan kg KCl/ha dibutuhkan kompoos kurang
lebih sebanyak ton kompos/ha. Jumlah kompos yang sedemikian besar tentunya
memerlukan biaya yang lebih banyak dan berimplikasi pula pada biaya produksi.
Bioteknologi berbasis mikroba tanah
dikembangkan dengan memanfaatkan peranan penting mikroba tanah (mikroba
penambat N, pelarut P dan K serta penghasil hormone pertumbuhan) yang berperan
dalam penyediaan unsure hara tanaman, membantu penyerapan unsure hara dan
merangsang pertumbuhan tanaman (selanjutnya pupuk yang dihasilkan dinamakan
biofertilizer). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh BPBPI (Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia)
mendadapatkan bahwa biofertilizier setidaknya dapat mensuplai lebih dari ½
kebutuhan hara tanaman.
Tiga unsure hara penting tanaman
yaitu : nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktifitas
mikroba tanah di dalam penyediaan maupun penyerapan unsure hara. Hara N
sebenarnya tersedia melimpah di udara karena 74% kandungan udara adalah N.
Namun, N udara tidak dapat diserap langsung oleh tanaman karena tidak ada
satupun tanaman yang dapat menyerap N langsung dari udara. N harus difiksasi/ditambat
oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba
penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman (simbiotik) dan ada yang hidup
bebas di sekitar perakaran tanaman (non-simbiotik). Mikroba penambat N
simbiotik antara lain Rhizobium sp (hidup di dalam bintil akar tanaman
kacang-kacangan / khusus leguminose) sedangkan mikroba non-simbiotik dapat
digunakan untuk semua jenis tanaman misalnya mikroba : Azospirillum sp, dan
Azotobacter sp.
Mikroba lain yang berperan di dalam
penyediaan unsure hara tanamanadalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K).
Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP36) umumnya kandungan
P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit / tidak tersedia bagi
tanaman karena terikat dengan unsure lain seperti besi (Fe) dan aluminium (Al)
membentuk senyawa komplek. Disinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini
akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi
tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain : Aspergillus
sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp. Mikroba yang
berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi melarutkan
K. Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsure P adalah
mikoriza yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Setidaknya ada dua mikoriza
yang dipakai untuk biofertilizer yaitu : ektomikoriza (tanaman keras /berkayu)
dan endomikoriza (tanaman keras/bukan). Mikoriza berperan dalam melarutkan P
dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang
bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan.
Beberapa mikroba tanah juga mampu
menghasilkan hormone tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormone
yang dihasilkan mikoriza akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh
lebih cepat / lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormone
tanaman antara lain : Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.
3.
Agen Biokontrol
Hama dan penyakit tanaman merupakan
salah satu kendala serius dalam berusahatani. Alam sebenarnya telah menyediakan
mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba-mikroba yang dapat
mengendalikan organisme pathogen tersebut. Mikroba/organisme pathogen akan
menyerang tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme
pathogen dengan mikroba pengendalinya. Di sini jumlah organisme pathogen lebih
banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangkan
populasi kedua jenis organism ini maka serangan hama dan penyakit dapat
dihindari. Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain : Bacillus
thurigiensis (BT), Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus,
Metharizium anisopliae. Mikroba-mikroba ini mampu menyerang dan membunuh
berbagai serangga yang menjadi hama tanaman. Sedangkan mikroba yang dapat
mengendalikan penyakit tanaman misalnya : Trichoderma sp yang mampu
mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Ganoderma sp, JAP
(Jamur Akar Putih) atau Phytoptora sp.
Semoga bermanfaat. Mari berusahatani sehat,
mengurangi penggunaan pupuk kimia, bijaksana dalam menggunakan pestisida dengan
kembali memanfaatkan alam serta menjaga keseimbangannya.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar